Karang Taruna Batam Jelajah Perbatasan Negeri: Kibarkan Semangat Merah Putih di Pulau Terluar Perbatasan RI-Singapura

No comments

Arahbatam.com, BATAM – Pekik lantang “Indonesia Merdeka!” dan “Karang Taruna Jaya, Jaya, Jaya!” menggema di langit perbatasan Indonesia–Singapura pada Minggu (24/8/2025) pagi. Sorak semangat itu datang dari 80 anggota Karang Taruna Kota Batam yang menjejakkan kaki di Pulau Batu Berhenti dan Pulau Tolop—dua pulau kecil di perbatasan laut Selat Melaka. Dengan membawa puluhan bendera Merah Putih dan Bendera Karang Taruna, mereka hadir bukan hanya untuk merayakan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-80 Republik Indonesia, tetapi juga menegaskan cinta tanah air melalui kegiatan “Jelajah Batas Negeri.”

‎Rombongan dilepas sejak pagi dari Pelabuhan Sekupang menggunakan dua boat pancung, dengan pengawalan ketat dari aparat gabungan; Polairud Polda Kepri, Polsek Belakangpadang, KSOP, serta Basarnas. Tak tanggung-tanggung, speedboat khusus dikerahkan demi memastikan perjalanan aman, mengingat kondisi laut kala itu kurang bersahabat. Hujan disertai angin membuat laut agak bergelombang. Namun semangat para pemuda Karang Taruna tak surut sedikitpun.

‎“Ini adalah wujud nyata bahwa pemuda harus berani menapaki batas negeri, meneguhkan kecintaan kepada Indonesia, meski cuaca menguji perjalanan,” tutur Ketua Karang Taruna Kota Batam, Drs. H. Zul Arif, MH, yang memimpin langsung rombongan.

‎Singgah di Pulau Tolop: Menyapa Sejarah, Menyambung Silaturahmi

Sekitar pukul 09.00 WIB, rombongan tiba di Pulau Tolop. Pulau ini bukan sekadar titik batas, tetapi juga memiliki nilai religius dan historis tinggi. Di sini terdapat makam tokoh ulama besar, di antaranya Sunan Tulup (Syekh Syarif Ainun Naim), saudara dari Sunan Giri, serta makam Syekh Maulana Nuh Maghrobi dan Habib Hasan Al Musawa.

‎Sesampainya, rombongan disambut oleh personel TNI AL di bawah komando Letda Beken Siagian. Selain bersilaturahmi, Karang Taruna juga menyerahkan bantuan bahan makanan untuk pos penjagaan TNI AL yang sehari-hari menjaga wilayah perbatasan ini serta beramah-tamah dengan personel TNI AL yang bertugas di sana.

‎Ada momen yang penuh makna ketika rombongan mendaki perbukitan kecil di depan Pos TNI AL, lalu menancapkan bendera Merah Putih dan bendera Karang Taruna yang langsung menghadap Selat Melaka. Dari titik itu, hamparan laut luas yang memisahkan Indonesia dengan negeri tetangga terlihat jelas.

‎“Di sinilah kita merasakan langsung arti sebuah batas. Ada bangga, ada haru, sekaligus tanggung jawab menjaga Indonesia dari ujung ke ujung,” ungkap, Rudi Alhasan, anggota rombongan dengan mata berbinar.

‎Rombongan pun sempat berziarah ke salah satu makam di pulau ini. Setelah dari Tolop, rombongan melanjutkan perjalanan ke Pulau Belakangpadang, ibukota kecamatan pulau-pulau terluar Batam. Di pulau ini, Karang Taruna Batam bersilaturahmi dengan Karang Taruna Kecamatan Belakangpadang serta perangkat kecamatan yang diwakili Sekcam. Bantuan sosial kembali diberikan dengan menyambangi ke sejumlah rumah warga kurang mampu.

‎Ketua Karang Taruna juga memberikan dukungan bagi Karang Taruna Kelurahan Tanjungsari, berupa baju seragam dan bendera. Rombongan juga menyambangi Pos TNI AL Belakangpadang yang disambut hangat oleh Letda Babullah Darussalam.

Pulau Batu Berhenti: Meneguhkan Nasionalisme di Perbatasan Singapura

Usai makan siang bersama dan menjalankan sholat, perjalanan kembali dilanjutkan menuju tujuan terakhir: Pulau Batu Berhenti. Pulau ini memiliki mercusuar yang berdiri gagah, menjadi penanda nyata perbatasan Indonesia dengan Singapura.

‎Di sinilah momen puncak terjadi. Meski rombongan tidak bisa merapat ke pulau bebatuan tersebut, namun dari atas boat pancung bendera Merah Putih dikibarkan tinggi bersama bendera Karang Taruna, diiringi pekikan penuh semangat dari seluruh rombongan. Suasana haru membuncah, seolah energi kemerdekaan kembali hadir. Meski dialun ombak, sorak “Indonesia Merdeka!” dan “Karang Taruna Jaya Jaya Jaya” yang membahana jauh lebih kuat, menandai pesan simbolis: di batas negeri, cinta tanah air tak pernah pudar.

‎Dukungan dan Apresiasi

Kegiatan ini tidak hanya meninggalkan jejak sejarah, tetapi juga memberikan energi positif bagi para prajurit yang bertugas di garis terdepan. Letda Beken Siagian menegaskan, kunjungan Karang Taruna adalah bentuk kepedulian yang sangat berarti. “Kami merasa tidak sendiri. Dukungan ini menambah motivasi kami menjaga kedaulatan negara,” ujarnya.

‎Hal senada disampaikan Letda Babullah Darussalam yang menyebut kehadiran Karang Taruna memberi semangat baru bagi pasukan di lapangan.

‎Bahkan, Majelis Pertimbangan Karang Taruna (MPKT) Kota Batam, Juniardy Adinda, yang turut serta dalam rombongan, menyebut kegiatan ini sebagai “sekolah kebangsaan” bagi generasi muda. “Bukan hanya semangat nasionalisme yang tumbuh, tetapi juga pemahaman nyata tentang kondisi perbatasan negeri. Kita melihat langsung bagaimana TNI, Polri, KSOP, hingga Basarnas menjalankan tugas berat menjaga kedaulatan di titik terluar,” katanya.

‎Catatan Penting dan Pesan Nasionalisme

‎Zul Arif menambahkan, selain menanamkan nasionalisme, perjalanan ini juga membuka mata para anggota Karang Taruna mengenai kehidupan personel TNI yang bertugas di pulau-pulau terluar. “Di Pulau Tolop, ada prajurit yang sudah bertugas hingga 15 tahun. Fasilitas terbatas, sinyal komunikasi sulit, dan mereka mengisi waktu dengan beternak ayam serta menanam cabai. Namun mereka tetap setia menjaga Indonesia dari garis depan. Ini pelajaran berharga bagi kita semua,” ungkapnya.

‎Kegiatan “Jelajah Batas Negeri” ini, lanjut Zul Arif, adalah program kerja Karang Taruna Batam tahun 2025. Ia juga menyampaikan terima kasih kepada seluruh pihak—Polairrud Polda Kepri, Polsek Sekupang, KSOP, hingga Basarnas—yang telah mengawal perjalanan hingga pulang dalam keadaan selamat.

‎Di akhir perjalanan, ketika boat pancung yang mereka tumpangi kembali merapat ke Batam, wajah lelah para pemuda itu justru tertutup oleh sorot mata penuh kebanggaan. Mereka baru saja menapaki titik terdepan negeri, menancapkan bendera merah putih, bersilaturahmi dengan para penjaga kedaulatan, dan membawa pulang pengalaman yang tak ternilai: cinta tanah air yang dipatri langsung dari batas negeri. (rudialhasan)

Baca juga...

Bagikan:

Tinggalkan komentar